Dilansir dari BlitarTerkini.com – KH Maksoem, BA adalah salah satu penggagas berdirinya Perguruan Nahdlatul Ulama Blitar yang berada di Jalan Semeru, Kota Blitar. Salah satunya adalah penggagas SMK Islam 1 Blitar atau dulu namanya STM Islam Blitar. KH Maksoem, BA, merupakan Kepala STM Islam Blitar pertama kali dan menjabat selama 23 tahun atau mulai 1968 hingga 1991.
KH Maksoem, BA, adalah putra Kiai Tolchah Kalipucung Sanankulon, yang kemudian setelah menikah dengan Nyai Hajjah Sunnah menetap di Kota Blitar. Yakni, di Kelurahan Plosokerep, Kecamatan Sananwetan, atau di utara Masjid Ussisa Littaqwa Kota Blitar.
Pada era 1970 sampai akhir 1980-an, KH Maksoem, BA memberikan pengajian kitab kuning di Masjid Jami’ Kalipucung bagi ibu-ibu Muslimat. Beliau memiliki suara merdu jika melantunkan sholawat atau lagu-lagu orkes gambus.
KH Maksoem, BA, merupakan seorang mubaligh kondang di era 1970 hingga 1990-an di wilayah Blitar Raya. Pidato dan ceramah KH Maksoem, BA, datar namun berisi dan penuh makna.
KH Maksoem, BA, merupakan seorang santri, seniman, dan juga arsitek. Beliau menjalani 3 bidang itu dalam kesehariannya. KH Maksoem, BA adalah aktivis Lesbumi atau Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia di era 1960-an. Dalam berkesenian, KH Maksoem, BA, merupakan seorang vokalis orkes gambus saat itu. Bersama grup orkes gambusnya, KH Maksoem, BA, sering manggung di luar kota seperti Tulungagung, Kediri, hingga Jombang.
KH Maksoem, BA, adalah seorang kiai yang juga sudah punya gelar Sarjana Muda. Beliau KH Maksoem, BA, merupakan lulusan IKIP Malang, jurusan sastra bahasa Indonesia. Tentunya gelar akademik yang disandang kaum santri saat itu masih sangat terbatas di Blitar. Tak hanya ahli ceramah, tapi KH Maksoem, BA juga alim dalam mengkaji dan memahami kitab kuning.
Selain dikenal sebagai maballigh KH Maksoem, BA beliau juga dikenal sebagai kontraktor santri yang tentunya sangat jarang ditemui saat itu.
KH Maksoem, BA, juga seorang desainer rancang bangun gedung dan juga moubeler.***