Selamat dan sukses untuk SMK Islam 1 Blitar atas pencapaian yang luar biasa sebagai sekolah dengan “Paparan Terbaik Hasil Kemitraan” pada program SMK Pusat Keunggulan dari Direktorat SMK. Penghargaan ini adalah hasil dari kerja keras, inovasi, dan dedikasi seluruh pihak yang telah berupaya memajukan pendidikan vokasi di Indonesia. Pengakuan ini menjadi bukti nyata bahwa SMK Islam 1 Blitar mampu menjalin kemitraan yang solid dengan berbagai industri dan menghasilkan dampak positif yang signifikan bagi pendidikan.
Keberhasilan ini tidak hanya membawa kebanggaan bagi SMK Islam 1 Blitar, tetapi juga menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk turut berperan aktif dalam memajukan pendidikan kejuruan. Program SMK Pusat Keunggulan memberikan kesempatan besar bagi siswa untuk memperoleh keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri, dan SMK Islam 1 Blitar telah membuktikan bahwa kolaborasi yang baik antara dunia pendidikan dan industri akan menghasilkan lulusan yang lebih siap kerja dan unggul.
Semoga penghargaan ini semakin memotivasi seluruh civitas akademika SMK Islam 1 Blitar untuk terus berinovasi dan memberikan yang terbaik dalam pendidikan. Kami berharap agar kolaborasi yang telah terjalin dapat semakin kuat dan membawa manfaat yang lebih besar, tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi masyarakat luas.
Blitar – Sejumlah pendidik dan tenaga kependidikan muslim di Kota Blitar mengikuti Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) berjumlah total 115 peserta di Pondok Pesantren Al Muhsin SMK Islam 1 Blitar, selama tiga hari (2-4 Agustus 2019).
“Alhamdulillah, peserta komposisi MKNU yang digelar kali ini berbeda. Karena para pesertanya adalah seluruh pendidik dan tenaga kependidikan di SMK Islam 1 Blitar,” terang Susiyah, S.Sos pengurus LAZISNU dalam rilis yang diterima nublitar.or.id, Jum’at, 2 Agustus 2019
Para pemateri, terusnya, merupakan sejumlah pengurus PBNU, yakni Drs. H. Sultonul Huda, M.Si, dan Ir. H. Suwadi D Pranoto. Adapun pemateri dari PWNU Jawa Timur, yakni KH. Marzuki Mustamar, Ir. M Koderi, M.T, KH. Safrudin Syarief, Dr. H. Edy Susanto, KH. Abdus Salam Shochib, Dr. KH. Fahrur Rozi, M.Pd, KH. Reza Ahmad , Lc MA, Hakim Jayli, M.Si, dan Gus Abdul Wahid Mahfudz.
Menurut Susiyah, agenda MKNU merujuk pada Anggaran Dasar NU yang ditelurkan dalam Muktamar Ke-33 NU di Jombang, 2015 lalu.
“MKNU kali ini memiliki materi yang cukup padat, diantaranya dasar pemikiran MKNU, relasi dan respon NU terhadap ideologi, relasi dan respon NU terhadap negara, arah dan cita-cita perjuangan NU, taujiat PWNU Jawa Timur, post: truth; memperkuat strategi dahwah NU melalui teknologi media, NU mengekspor Islam Nusantara, hingga NU dan pemberdayaan ekonomi umat,” sebutnya.
MKNU di Pondok Pesantren Al Muhsin SMK Islam 1 Blitar ini juga dihadiri oleh Walikota Blitar, Santoso, M.Pd. Beliau sangat mengapresiasi kegiatan MKNU ini. Hingga perlu dilanjutkan estafet kaderisasi secara berkelanjutan.
Acara ini juga dihadiri oleh ketua tanfidziyah PCNU Kota Blitar, Dr.Habib Bawafi.M.HI dan rois syuriah PCNU Kota Blitar KH. Abdul Karim Muhaimin serta Forkompimda Kota Blitar.
Dalam sambutannya saat pembukaan MKNU, ketua tanfidziyah PWNU Jawa Timur KH. Marzuki Mustamar, menguraikan sejarah singkat NU di Blitar kab/kota. Juga bercerita tentang orang Yaman dan Afganistan yang keduanya selalu hidup tidak tenang karena terjadi perang.
“Insyaalloh matinya khusnul khotimah. Walaupun di dunia perang terus, remuk, amoh tapi islamnya mengikuti paham ahlu sunah wal jama’ah.”tuturnya
“Orang nasionalis yang hidupnya sering bersenang-senang, berfoya-foya, bermaksiat, bahkan ada yang suka gendaan, maka di akhirat akan amoh dan sengsara.” ucapnya tegas.
KH. Marzuki Mustamar juga menjelaskan beberapa amalan yang diingkari oleh Wahabi.
“Contoh amalan ahlu sunah yang ada dalam kitab Bukhori, hal. 4377 adalah tawasul kepada syech Abdul Qodir Al Jaelani, tetapi orang wahabi mengingkarinya. Contoh lain yaitu salaman (berjabat tangan) setelah sholat jama’ah, mereka tidak mau seperti itu. Mereka tidak amanah, tidak mau menjelaskan kepada pengikutnya bahwa samua itu adalah sunnah Rosululloh SAW.” kata penulis kitab Al-Muqtathafat li ahl al-Bidayat ini.
“Qunut dalam sholat subuh juga sunnah Rosul, tapi mereka juga tidak mau menyampaikan kepada umatnya. Anas bin malik ketika ditanya salah seorang sahabat, apakah Nabi SAW ber qunut pada sholat subuh? Jawabnya iya, Nabi membaca Qunut setelah bangun dari ruku’.” ucap Pimpinan Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad, Gasek, Malang, Jawa Timur ini.
“Kalau ada guru SMK Islam yang tidak mau menyampaikan ajaran aswaja, pecat saja. Karena tidak amanah.” tuturnya yang disambut tawa para hadirin.
“Pujian setelah adzan sambil nunggu jama’ah datang. Timbang mlongo kan lebih baik dibuat doa. Ngono yo dilokne jare kuwi dongo opo nyanyi? Kalau ada yang tanya kepada kita, kita harus jawab, dongo (doa). Karena hal itu hadits nya shohih : bukhori,hal. 2837, bahwa sahabat pernah mendengar Nabi SAW membaca pujian setelah adzan dan dilagukan dalam bentuk syi’ir.” ungkap dosen di fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maliki Malang ini.
“Panggah NU : Islame murni, wasilahe jelas, sanade sambung tekan kanjeng Nabi. Mulai dari imam syafi’i, tidak ada hadits yang dicurangi, hingga ilmunya lengkap.” ucapnya.
“Kita harus ngaji pada kyai sepuh supaya kita terhindar dari penyimpangan-penyimpangan isi dari kitab-kitab salafi. Karena ada sebuah kitab hadits cetakan baru, setelah diteliti kitab hadits tersebut hilang kurang lebih 50 hadits.” pungkasnya.